Arsip untuk Desember, 2009

30
Des
09

Gus Dur: Menegaskan Pluralisme di Indonesia

Beruntungnya kita, rakyat Indonesia, pada suatu masa pernah memiliki presiden seperti Abdurrahman Wahid. Sikap tegasnya terhadap pluralisme membuat kita belajar memahami bahwa rakyat Indonesia memang pluralis dan juga belajar menghargai perbedaan.

Jasa Gus Dur yang tak terlupakan adalah keputusannya mencabut PP No 14 Tahun 1967 yang berisi larangan atau pembekuan kegiatan-kegiatan warga Tionghoa. Ketika PP tersebut masih berlaku, peribadatan umat Konghucu dan aktivitas-aktivitasnya harus dipendam. Umat harus sembunyi-sembunyi untuk berdoa di kelenteng.

Setelah lengser dari jabatan presiden, ia tetap tegas memperjuangkan prinsip-prinsip pluralitas. Saat Ahmadyah ditolak dimana-mana, Gus Dur mengatakan bahwa umat Ahmadyah harus dilindungi. “Jika Indonesia tidak lagi melindungi kebebasan beragama, maka negara kita ibarat memiliki UUD 1945 tetapi tidak mempunyai gigi dan negara kita tidak mempunyai dasar sama sekali.”

Mengapa banyak orang yang menolak pluralisme? Menurut Gus Dur, ini akibat ketidaktahuan mereka atas sejarah lahirnya bangsa Indonesia. Tradisi menghargai perbedaan sudah ada sejak jaman kerajaan-kerajaan Sriwijaya hingga ke Jawa sebelum bangsa Indonesia berdiri. Bahkan pada masa Kerajaan Majapahit, muncul semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Prinsip yang dipopulerkan oleh Mpu tantular ini tetap digunakan oleh bangsa Indonesia sampai sekarang.

Lalu bagaimana menghadapi masalah pluralisme ini? Gus Dur memiliki solusinya, yaitu bangsa Indonesia harus membangun batasan bersama. Batasan itu  adalah sikap menghargai pluralisme, termasuk saat membahas Undang-undang Dasar negara. Karena batasan ini tidak pernah dibicarakan maka terus muncul konflik antar kelompok, yaitu antara kelompok yang menganggap dirinya paling benar dengan kelompok yang menganggap bahwa Indonesia merupakan kesatuan dari sejumlah pandangan yang berbeda. Namun bagaimanapun sulitnya, perbedaan itu tetap harus didialogkan agar setiap orang belajar bertenggang rasa.

Terima kasih Gus atas pemikiran-pemikiran yang menyuarakan perdamaian di tengah-tengah situasi dimana perbedaan selalu dijadikan alasan perpecahan. Semoga pada suatu masa Indonesia bisa memiliki sikap menghargai perbedaan dan perbedaan tidak lagi dijadikan alat politik untuk memecah belah.

Pergilah dalam damai, Gus. Biarkan kami tetap berjuang untuk perdamaian.


Foto: caktips.wordpress.com

19
Des
09

memelihara konflik agama

Beberapa hari yang lalu, seorang teman menulis di status facebook-nya tentang kekecewaannya kenapa akhir-akhir ini banyak grup di facebook yang menyebarkan kebencian antaragama. Dan dua hari yang lalu, kita mendengar ada sekelompok massa merusak sebuah gereja yang sedang dibangun di Bekasi. Hal-hal semacam ini terus mewarnai kehidupan kita sehari-hari di negeri tercinta kita. Perbedaan agama terus-menerus menjadi alat untuk mengadu domba dan memicu kerusuhan.

Tampaknya kita perlu terus belajar dari negeri-negeri lain yang berhasil meminimalisir konflik agama. Salah satunya adalah Mesir. Di negeri Mesir, konflik agama jarang  terjadi. Para tokoh agama Islam Mesir memperbolehkan kaum Muslim menyampaikan ucapan selamat Natal dan mengikuti perayaan Natal. Mereka juga menghadiri undangan perayaan Natal  umat Kristen. Begitu pula sebaliknya. Para tokoh agama Kristen di Mesir juga mengucapkan selamat dan mengikuti perayaan hari besar keagamaan umat Muslim.

Peran para tokoh agama memang besar dalam mencegah konflik agama. Mengapa di Indonesia para tokoh agama kurang berperan? Padahal konflik agama tergolong tinggi di sini. Menurut Hasibullah Satrawi, aktivis Moderate Muslim Society, dalam tulisannya di harian Kompas, hal ini disebabkan masih banyak tokoh agama yang terlibat dalam kehidupan politik. Kalaupun tidak, sikap mereka terhadap agama lain dimanfaatkan oleh para politikus. Para tokoh agama sendiri juga tidak memberi contoh kepada umat dengan memberikan selamat atau menghadiri perayaan keagamaan umat agama lain.

Fenomena lain adalah masalah kemiskinan. Hidup didera kemiskinan terus-menerus menyebabkan banyak orang menerima tawaran untuk melakukan sesuatu dengan imbalan uang. Mereka bahkan tidak mengerti untuk apa sebenarnya mereka malakukan hal itu, kecuali demi mendapatkan sejumlah uang. Orang-orang miskin jualah yang pada akhirnya dikorbankan. Mereka lah yang ditangkap dan masuk bui. Sementara para provokator yang tak bertanggung jawab terus bergerilya memengaruhi orang miskin lainnya.

Dibutuhkan gerakan nasional untuk menyadarkan banyak orang tentang pentingnya perdamaian. Dibutuhkan persatuan tokoh agama, tidak hanya di tingkat elite namun juga di akar rumput. Dibutuhkan niat bersama untuk mewujudkannya.

Selamat Tahun Baru Hijriah untuk kaum Muslim, dan Selamat Natal untuk umat Kristiani.




Blog Stats

  • 21.021 hits
Desember 2009
S S R K J S M
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
28293031  

Laman